Jumat, 11 Mei 2012 0 komentar

Koneksi Wi-Fi Bikin Sperma "Terluka"?

livescience.com

Bukan hanya karena panas dari bawah laptop ketika dipangku, tapi juga karena gelombang elektromagnetik dari koneksi internet nirkabel yang merusak sperma
Intisari-Online.com – Sebuah komputer dengan koneksi internet nirkabel bisa melukai sperma, tapi bukan karena laptop yang panas di pangkuan, demikian hasil sebuah penelitian.
Temuan menunjukkan bahwa sel sperma yang dikumpulkan pada sebuah piring dalam laboratorium dan ditempatkan di bawah laptop dengan koneksi internet nirkabel selama empat jam pergerakannya kurang dan merusak DNA-nya, daripada sperma yang ditempatkan pada wadah lain jauh dari perangkat elektronik tapi pada suhu yang sama.
Menurut para peneliti, peningkatan suhu dapat menurunkan kualitas sperma dan penggunaan komputer portabel di pangkuan meningkatkan suhu skrotum. Namun, dari penelitian itu terungkap bahwa bukan karena suhu di bawah laptop yang memengaruhi sperma, melainkan radiasi dari laptop itu yang memperlambat gerakan sperma.
Laptop memancarkan radiasi
Para peneliti di Argentina dan Virgina menggunakan sampel sperma dari 29 pria sehat, yang rata-rata usianya 34 tahun. Selama percobaan, laptop digunakan untuk mengunduh dan mengunggah informasi sehingga koneksi nirkabel aktif. Suhu di bawah laptop diusahakan konstan pada 25oC oleh sistem AC.
Koneksi internet nirkabel menggunakan frekuensi radio gelombang elektromagnetik. Ketika diukur, besarnya radiasi laptop ber-WIFI tiga kali dibandingakan dengan laptop tak ber-WIFI. Tingkat radiasi bervariasi tergantung aktivitas unduh dan unggah. Para peneliti masih berspekulasi bahwa laptop yang terhubung secara nirkabel ke internet dekat dengan testis dapat menyebabkan turunnya kesuburan pria.
Sel sperma berbeda dari sel-sel lain dalam tubuh – DNA mereka sangat kental dalam sebuah area kecil. Ini bisa membuatnya menjadi lebih rentan terhadap efek radiasi tersebut. Masuk akal juga bahwa medan magnetik dan elektromagnetik yang dihasilkan oleh gelombang radio merusak molekul dalam sperma yang disebut phospholipids.
Penelitian itu masih meninggalkan pertanyaan. Apakah semua laptop akan memiliki efek yang sama dengan laptop yang digunakan dalam penelitian? Adakah faktor-faktor lain yang mungkin bisa meningkatkan atau mengurangi kerusakan sperma? “Tidak menutup kemungkinan bahwa kerusakan sperma bisa disebabkan oleh radiasi rendah yang dihasilkan oleh komputer tanpa koneksi internet,” tulis para peneliti.

Jadi, butuh peneltian lanjutan nih! (LiveScience)
0 komentar

Koneksi Internet dengan Bola Lampu

deenugraha.files.wordpress.com

Ilustrasi
Intisari-Online.com - Kita mengenal wireless fidelity (Wi-Fi) sebagai salah satu cara agar bisa tersambung ke Internet. Awalnya, Wi-Fi diciptakan untuk penggunaan perangkat nirkabel dan local area network (LAN). Namun, kini Wi-Fi bisa kita nikmati di mana-mana; restoran, kafe, rumah, kantor, sampai area ruang terbuka tertentu.

Semakin merakyatnya jaringan Internet, semakin banyak pula menara base transmition system (BTS) yang harus berdiri. Di atas Bumi kini ada sekitar 1,4 juta BTS. Ada sekitar 600 terabyte total data yang dilalui BTS di seluruh dunia setiap bulan. Di sisi lain, ada sekitar 14 miliar bola lampu yang menyala, memancarkan cahaya. Apa hubungannya Internet dan bola lampu? Jelas ada.

Harald Haas, ahli fisika asal Jerman, menemukan cara lain untuk menyambungkan peralatan komunikasi, khususnya ponsel, ke Internet. Ya, menggunakan bola lampu itu. Anda pasti tahu kalau cahaya adalah gelombang elektromagnetik, sama seperti ponsel atau perangkat pemancar lain. Hanya, gelombang pada bola lampu menggunakan spektrum cahaya yang tampak di mata. Inilah yang sedang dikembangkan oleh Haas.

Haas melakukan penelitian bernama D-light. Ini adalah sebuah cara agar transmisi data pada light-emitting diode (LED) bisa dioptimalkan. Caranya, pengiriman data dilakukan menggunakan teknologi subcarrier index modulation orthogonal frequency division multiplexing (SIM OFDM), dengan modulasi spasial.

Belum bisa dibayangkan? Coba bayangkan remote televisi dan televisi itu sendiri. Remote selama ini melakukan pemindahan data ketika mengontrol televisi untuk mati, pindah saluran, mengatur suara, dan lain-lain. Terjadi proses pemindahan data yang tidak terlalu kita sadari. Bola lampu akan menjadi perangkat transmisi data. Sebuah alat nirkabel yang berada dalam jangkauan LED dapat mengirimkan dan menerima data melalui cahaya.

Satu keunggulan internet dengan bola lampu adalah koneksinya yang cepat. Harald mengklaim, kecepatan setiap individu bisa mencapai lebih dari 10 Mbps. Dalam bayang-bayang Harald, semua device di masa depan (laptop, smartphone, tablet, dll) dapat terhubung ke Internet dengan hanya mengandalkan sumber cahaya, termasuk cahaya lampu di ruangan. (good.is)
0 komentar

Bayi Baru Lahir, Jangan Dimandikan


Seorang bidan muda tergopoh-gopoh menggendong bayi yang baru dilahirkan. Wajahnya yang sebelumnya tegang terlihat lega. "Selamat, Bu, bayinya laki-laki. Sekarang, Ibu istirahat dulu, ditemani Bapak. Saya akan memandikan si Kecil, ya," ujar si bidan sambil tersenyum. Kedua orangtua bayi cuma mengangguk. Mereka sudah kehabisan kata-kata untuk melukiskan kegembiraan.
Pada masa lalu, siswi calon bidan selalu diajari untuk memandikan bayi yang baru dilahirkan, segera setelah selesai menolong dan merawat ibu si bayi. Sampai sekarang, kebiasaan langsung memandikan bayi baru lahir sepertinya tetap berlaku "turun-temurun" di dunia perbidanan. Terlebih di kalangan dukun beranak atau dalam bahasa kerennya disebut the traditional birth attendant.
Memandikan bayi baru lahir seolah menjadi prosedur tetap, karena bayi dianggap kotor lantaran berlumuran darah, lendir, mekonium (kotoran bayi, berwarna hitam kental), dan air ketuban. Apalagi jika kulit bayi juga diselimuti lemak berwarna putih - vernix casiosa - yang tampak menjijikkan, sehingga harus dibersihkan dengan kapas yang telah diberi minyak asli dari kelapa.
Tuntutan serupa kadang juga datang dari pihak keluarga. Orangtua yang beragama Islam, misalnya, pasti ingin segera mengumandangkan azan di telinga bayi, sebelum anaknya sempat mendengar kata-kata lain. Untuk itu bayi harus dalam keadaan bersih dari beragam kotoran - semacam ritual wudhu begitu. Bisa disimpulkan, upaya memandikan bayi yang baru dilahirkan ini telah menjadi tradisi. Lalu, mengapa harus dipermasalahkan?
Bayi yang baru lahir sebenarnya tidak tepat kalau segera dimandikan, dengan air hangat sekalipun. Soalnya, ia belum bisa menyesuaikan diri dengan keadaan di luar kandungan ibunya. Kalau tiba-tiba tubuhnya basah oleh air, air (yang menjadi) dingin di tubuhnya akan mengambil panas dari tubuhnya. Akibatnya, suhu tubuhnya turun cepat.
Jika bayi yang baru lahir mengalami kehilangan suhu tubuh, darah yang mengalir membawa oksigen ke seluruh tubuh akan berkurang. Akibatnya, kulit, tangan, kaki, dan wajahnya tampak biru. Akibat kekurangan oksigen itu pula, sel-sel tubuh bayi dapat mengalami kerusakan, terutama sel-sel di daerah otak yang dikenal sangat sensitif. Bisa dibayangkan, apa yang terjadi pada bayi kelak, kalau sel-sel otaknya rusak.
Mestinya, segera setelah lahir, bayi yang basah oleh darah, lendir, mekonium, dan air ketuban cukup dikeringkan dengan menggunakan handuk kering yang halus dan bersih, agar bayi tidak kedinginan, sembari diberi sentuhan mirip pijatan halus. Supaya bayi tidak kehilangan suhu tubuh, jaga agar dia tetap hangat, misalnya dengan mendekapkan bayi di atas dada ibunya dan beri susu sebelum 30 menit pertama kelahiran.
Usahakan juga tidak menempatkan bayi di dekat atau di atas benda-benda dingin. Pada saat menimbang berat badan, sebaiknya bayi tetap dibungkus dengan kain kering. Untuk mendapatkan angka timbang objektif, kurangi beratnya dengan berat kain pembungkusnya. Hindari juga ruangan yang ada hembusan anginnya atau ber-AC.
Mandikan bayi minimal enam jam setelah lahir, atau sampai suhu tubuhnya stabil. Untuk bayi berat lahir rendah tentu perlakuannya harus lebih hati-hati.
Sebagai orangtua si bayi kita diharapkan memahami penundaan mandi ini. Sebab, persalinan disebut sukses kalau ibu dan bayinya selamat, tak hanya pada saat persalinan, tetapi juga ke depan. Untuk itu, dampak salah perlakukan dalam persalinan harus diminimalkan.
0 komentar

Susu Formula Bikin Obesitas



cardiomyopathy.org

Lebih baik berikan ASI daripada susu formula agar tidak terjadi kelebihan gizi.
Intisari-Online.com – Bayi bila diberi banyak susu formula cenderung menjadi gemuk ketika mereka berusia lima tahun. Ini menurut sebuah tim peneliti dari MRC Childhood Nutrition Research Centre di University College London, Inggris.
Hasil penelitian menunjukkan, berat badan yang berlebihan pada bayi dapat membuat mereka memiliki masalah kesehatan. Risiko mengalami penyakit termasuk penyakit jantung dan diabetes. Penelitian ini menemukan, bayi yang diberikan susu kaya protein, vitamin dan nutrisi lainnya memiliki lemak 22 – 38% lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang tidak mengonsumsi susu formula.
Para peneliti percaya, susu formula yang diperkaya mengandung lebih banyak kalori dan bisa menyebabkan penambahan berat badan selama fase pertumbuhan yang penting. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan, 20% obesitas pada orang dewasa mungkin disebabkan oleh kelebihan gizi atau peningkatan berat badan berlebih ketika mereka masih bayi.
“Penelitian ini benar-benar mendukung pemberian ASI karena tidak ada kelebihan gizi jika bayi diberi ASI. Masalah cara terbaik untuk memberi makan pada anak harus dievaluasi berdasarkan bukti saat ini,” kata Profesor Atul Singhal, kepala peneliti.
Para peneliti mengamati dua penelitian secara acak, terkontrol, dan double-blind (peneliti dan ibu tidak mengetahui jenis susu yang diberikan). Penelitian ini melibatkan sejumlah bayi yang baru lahir di sebuah rumah sakit lokal di Cambridge, Nottingham, Leicester dan Glasgow, Inggris.
 
;