Rabu, 08 Februari 2012

Mengapa Google Doodle Mengusung Dickens?

Situs mesin pencari Google hari ini, Selasa 7 Februari 2012 memasang logo dekoratif 200 tahun Charles Dickens. Dibuat dengan tulisan tangan, dengan gaya tempo dulu, sketsa di Doodle juga mengambarkan sekelompok orang berkumpul di tengah jalan.


Mereka berdiri, duduk, atau bersandar di bawah lampu hias. Mirip suasana kehidupan Inggris di era 1800 an, dimana Charles Dickens, sosok yang dikenang Google, dilahirkan, 200 tahun lalu.

Merayakan ketenaran sosok penulis Charles Dickens, tepat di ulang tahunnya yang ke 200 tahun, Dickens alias Charles John Huffam Dickens, adalah penulis legendaris di era Victorian, Inggris. Lahir di Portsmouth, 7 Februari 1812, Dickens dikenal sebagai penulis berkarakter. Karya-karyanya hingga hari ini masih diburu pecinta novel. Dan bahkan tidak sedikit dari tulisannya yang difilmkan.


Ciri khas penulisan novel Dickens adalah bentuknya yang serial. Karenanya, wajar selalu menantikan kelanjutan episode Dickens. Sejumlah karyanya yang legendaris diantaranya The Adventures of Oliver Twist (1837 - 1839), A Christmas Carol (1843), David Copperfield (1849 - 1850) dan Hard Times : For These Times (1854)

Karya Dickens dipuji karena banyak mengandung unsur realisme dan kepeduliannya pada reformasi sosial di masa itu. Cara Dickens menyampaikan, penuh komedi, dengan kepribadian yang unik dan berkarakter. Gaya penulisan Dickens, sangat terlihat ia menguasai prosa. Tak heran, banyak penulis seperti Leo Tolstoy, George Orwell dan GK Chesterteo memuji Dickens.

Sebenarnya Dickens tak hanya seorang novelis. Dickens, juga seorang wartawan politik. Tahun 1833, saat Dickens melansir cerita pertamanya: Dickens, A Dinner at Poplar Walk, dipublikasikan di Monthly Magazine, London pada 1833. Saat itu, Dickens sudah bekerja sebagai wartawan politik, melaporkan soal debat parlemen dan perjalanan kampanye pemilu untuk Morning Chronicle. Menyewa kamar di Furnival'in, Dickens menulis berselang-seling, laporan jurnalistik dan cerita-cerita pendek hingga novelisnya.

Tak heran, hanya beberapa tahun emudian, tepatnya 1859, Dickens mempublikasikan karya terbesarnya: A Tale of Two Cities. Kemudian pada 1861, Dickens kembali meluncurkan Great Expextation. Hingga kematiannya Charles Dickens telah menulis 18 novel yang menjadi karya utamanya, 3 novel pendamping, serta 23 cerpen atau cerita pendek.

Charles Dickens tutup usia akibat penyakit stroke pada 8 Juni 1870. Keesokan harinya ia menghembuskan nafas terakhir. Publik Britania Raya sontak kehilangan sosok penulis brilian kala itu. Salah satu kalimat terakhir Charles Dickens menjelang ajal yakni: “Be natural my children. For the writer that is natural has fulfilled all the rules of art.”

Ketenaran Dickens dan warisannya pada karya sastra dunia membuat Google memajangnya di halamnan depannya. Tentu, sebagai sebuah persembahan bagi penulis legendaris.


Sumber : TEMPO.CO

0 komentar:

 
;